Penyakit Gumboro
Infectious Bursal Disease (IBD) atau Gumboro adalah virus penyakit yang biasa
menyebabkan penyakit gumboro di
peternakan broiler bogor daerah kami di ciseeng, Bogor. kunci pendukung pengendalian kasus
Gumboro adalah penanganan pada biosekuriti dan sanitasi lingkungan kandang.
Manajemen pemeliharaan yang baik haruslah diterapkan, agar
kasus Gumbor bisa lebih jauh ditekan. Berikut akan kami ulas sekilas mengenai
tips mengatasi virus Gumboro yang sudah bersarang di peternakan, dilihat dari
sisi biosekuriti dan manjemen.
Karakteristik Virus Gumboro
Penyakit Gumboro disebabkan oleh virus yang berasal dari
famili (keluarga) Birnaviridae dan genus Avibirnavirus. Virus ini memiliki dua
serotipe yaitu I dan II.Hanya serotipe I yang patogenik (menimbulkan sakit)
pada ayam. Sedangkan serotipe II menyerang kalkun dan tidak patogenik pada
ayam.Virus Gumboro memiliki struktur tidak beramplop, berbentuk simetris
icosahedral dan berisi dua utas rantai RNA (ribonucleic acid). Karena tidak
beramplop, virus ini memiliki kelebihan yaitu lebih stabil dan mampu bertahan
hidup lebih lama di lingkungan. Bayangkan saja, di luar tubuh hospes (ayam,
red), virus ini tahan hidup lebih dari 3 bulan dan masih bersifat infektif
(mampu menginfeksi ayam lain, red). Virus Gumboro juga stabil hidup dalam
rentang pH yang luas (pH 2-8) serta tahan terhadap panas (60ºC selama 30 menit)
(MacLachlan dan Stott, 2004). MacLachlan dan Stott (2004) juga menyatakan bahwa
virus Gumboro masih bisa ditemukan di kandang yang telah dipanen lebih dari 100
hari (tanpa didesinfeksi).
Penularan Virus Gumboro
Karena virus Gumboro termasuk jenis virus yang mudah menular, maka kasus
Gumboro di lapangan bisa menyebar dengan sangat cepat. Perlu diketahui bahwa
pada dasarnya penyakit Gumboro tidak diturunkan dari induk ayam ke anaknya,
namun menular secara langsung dari feses
karena ayam yang terinfeksi Gumboro akan mengeluarkan virus melalui fesesnya.
Selama ini feses memang menjadi media penular utama penyakit Gumboro. Dari
beberapa literatur diketahui bahwa virus Gumboro di dalam feses masih infektif hingga 122 hari setelah dieksresikan
(dikeluarkan) oleh ayam.
Selain melalui feses, media lain seperti litter, tempat air
minum dan ransum juga dapat berperan sebagai media penular jika sebelumnya
pernah terkontaminasi feses yang
mengandung virus Gumboro. Virus Gumboro di dalam air minum dan ransum ayam
misalnya diketahui pula masih infektif hingga 52 hari setelah
dieksresikan(Tabbu, 2000).Karena virus Gumboro dari ayam sakit banyak
terakumulasi di dalam feses, maka penanganan feses termasuk litter kandang
wajib diperhatikan. Hal ini karena feses dan litter sekaligus menjadi tempat
berbagai vektor penyakit Gumboro berkembang biak.
Salah satu vektor utamanya adalah kumbang franky/darkling ,beetle
(Carcinops pumilio) et al., (1995). Bahkan menurut Tabbu (2000), cacing, lalat,
nyamuk dan tikus pun bisa ikut berperan sebagai vektor Gumboro. Vektor tersebut
umumnya sudah terbiasa hingga pada feses dan sesaat kemudian pindah ke tempat
ransum atau air minum. Hal inilah yang
juga perlu diwaspadai. ( info Medion ).